Balada PSK dan Kerang

Accounting is everything.

Tiga kata tersebut yang ditulis di papan tulis oleh profesor saya 18 tahun yang lalu saat kuliah pertama. Saat itu pak profesor bertanya kepada kami, benarkah pernyataan ini? Semua hanya saling berpandangan dan senyum-senyum sendiri. Dalam hati terbersit pertanyaan, apa maksud pak profesor. Namun sejenak perkataan profesor selanjutnya membuyarkan lamunan.

“Jangan jawab saya sekarang! Jawablah 10 tahun lagi.”

homo-sapiensBeberapa tahun pun berlalu. Akhirnya lulus juga. Saat itu saya masih magang di salah satu kantor konsultan pajak di selatan surabaya dengan gaji minimalis :mrgreen:. Tiap sabtu Kompas dan Jawa Pos sebagai pembawa harapan baru. Skip berita-berita di halaman utama, langsung buka halaman karier dan lowongan kerja. Mengirim lamaran 10-20 amplop per minggu adalah ritual setiap minggu. Dari sekitar 100 lamaran, panggilan datang 3-4 kali saja. Itu pun hanya panggilan wawancara dan test. Bukan panggilan kerja. 😀

Setelah mungkin sekitar 200 kali mengirim. Datanglah kesempatan itu. (Calon) atasan saya terkesan karena kami sama-sama di bawah naungan almamater yang sama. Ilmu dan pengalaman saya dapatkan di rich palace mayjen sungkono selama 2 tahun. Dengan hiburan setiap jam 9 pagi datanglah perempuan-perempuan muda turun dari bis kecil membeli jajanan pentol atau bakso di depan kantor. Perempuan-perempuan itu bekerja di salah satu Spa Massage samping kantor. :mrgreen:

Dua tahun berselang, rasa itu kembali datang. Gaji yang didapatkan habis sebelum berganti bulan. Ritual 2 tahun yang lalu pun kembali terulang. Tiada terasa sampai detik ini saya sudah berganti tuan sebanyak 7 kali. Kutu loncat kata orang. Whatever. Saya kerja demi uang. :mrgreen:
evolution-finalMelihat dari dalam berbagai perusahaan membuka jawaban pernyataan profesor dahulu. Apapun pekerjaan anda, jurusan anda, sekolah atau tidak sekolah, kerja formal atau non formal, kerja di kantor atau di pasar, tukang batu, tukang gali kuburan, guru, penjahat, jambret, tukang judi, menteri, satpam, tukang cukur, insinyur kimia, penata tari. Untuk apa mereka bekerja? Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Perusahaan apapun, keluarga, manusia siapapun pasti menerapkan prinsip ekonomi “mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya”. Ujung-ujungnya pasti uang. Nah.. cara menghitung berapa keuntungan dan kerugian itulah melalui tools yang dinamakan accounting.

Lho kok bisa? Ya iya lah. Jangan dikira ibu-ibu ke pasar tidak menerapkan accounting. Mereka membeli pasti menghitung, menawar, memilih, menerapkan prinsip ekonomi. Siapapun itu. Hanya orang gila yang tidak menerapkan accounting wekekek..

Aha.. pernyataan profesor bisa saya tambahkan. Bila ada kesempatan bertemu kembali pasti saya tambahkan. Accounting is everything kecuali orang gila. 😛

Bung, anda salah. Jaman dulu belum ada uang.

tumBetul sekali. Jaman purba belum ada uang. Namun prinsip ekonomi sudah ada. Mereka memakai sistem barter. Misalkan hasil bumi ditukar dengan hasil laut. Ikan asin ditukar dengan buah-buahan. Hewan buruan ditukar dengan garam. Dan lain-lain. Karena dipandang tidak praktis, mereka menciptakan alat tukar. Jaman dulu alat tukar masih sangat sederhana. Dari batu-batuan, kulit pohon, kulit hewan, hewan, logam dan kulit kerang.

Banyak orang bicara prostitusi merupakan profesi tertua di dunia ini. Saya penasaran, berapa kulit kerang kah DC wanita panggilan pada jaman itu ya? 😛

Sumber :

septrisnaangga.indonesiaz.com/files/homo-sapiens.jpg

indocropcircles.files.wordpress.com/2011/11/evolution-final.jpg?w=640&h=256

http://www.anehdidunia.com/2013/09/sejarah-profesi-pelacuran-dunia.html

DC : Damage Cost (harga)

  1. gpp aman 😆

  2. kalo bisa foc mah beress, nggak perlu dc 😆

  3. Bacanya 2 tahun lalu, komennya sekarang

  1. Desember 1st, 2015

Tinggalkan komentar